Posted by : Nacoola generation
Selasa, 14 Agustus 2012
Ini cerita tentang
Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani
Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat
sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam
sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah,
sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi... Dia tahu,
pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket
dia sudah berjanji:
Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk
dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki
ber-renda yang cantik.
Namun karena
kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : "Ibu,bolehkah Anisa
memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang
Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga
Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan
cemas.
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun
ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ...
Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih
tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong
uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"
Anisa mengangguk
lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke
raknya."Terimakasih..., Ibu"
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya.
Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik
Ibunya.Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung
itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika
basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam
sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu
malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya "Anisa...,
Anisa sayang ngga sama Ayah ?" "Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau
Anisa sayang Ayah !"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung
mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si
Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah
mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu
berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,
"Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada
Ayah ?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil
boneka Barbie ini.. "
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu
menemaninya bermain.
Beberapa malam
kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat
tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam.
Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari
matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada
apa Anisa, kenapa Anisa ?"
Tanpa berucap
sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung
mutiara kesayangannya " Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa"
Ayah tersenyum
mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan
ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk
kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi
Anisa...
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu
nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"
Ya..., ternyata
Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi
Anisa.
Demikian pula
halnya dengan Allah S.W.T.. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia
berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang
kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang
kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus
kehilangan...
Untuk itulah
perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu
dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.