Posted by : Nacoola generation
Senin, 14 November 2011
Dokumen rahasia Amerika Serikat dibongkar habis-habisan oleh pengelola situs WikiLeaks.
Dalam dokumen tersebut tercantum beberapa rencana besar AS. Termasuk,
upaya Negeri Adidaya ini untuk memata-matai pejabat Perserikatan
Bangsa-Bangsa dan diplomat dari negara lain.
Dokumen ini juga menyoroti peran
lanjutan Korea Utara dalam perdagangan senjata dunia. ini termasuk
penyelundupan peluru kendali atau rudal yang mampu membawa muatan nuklir
ke Iran.
Berikut topik sejumlah bocoran dari dokumen rahasia AS yang dipublikasikan oleh WikiLeaks:
1. AS tengah menjalankan
kampanye intelijen rahasia yang ditargetkan pada pimpinan PBB, termasuk
Sekretaris Jenderal PBB dan para wakil anggota Dewan Keamanan PBB dari
Cina, Rusia, Prancis dan Inggris. Bahkan, AS berusaha untuk mengetahui
kata sandi dari jaringan komunikasi, jadwal kerja dan informasi pribadi
lainnya.
2. Raja Arab Saudi telah
berulang kali mendesak Amerika Serikat untuk menyerang Iran dalam misi
menghancurkan program nuklirnya. Dalam dokumen tersebut, Arab Saudi dan
sekutunya gelisah akan aksi militer terhadap Teheran. Pimpinan Arab
Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir menyebut Iran sebagai ancaman
eksistensial yang akan membawa keadaan ini ke dalam perang.
3. Dalam dokumen rahasia ini
tercantum bahwa Iran telah memperoleh rudal canggih yang didesain
berdasarkan desain Rusia dan dipercaya menjadi senjata utama terhadap
serangan di Teheran.
4. Iran memperoleh 19 rudal dari Korea Utara pada 24 Februari 2010.
5. Badan Intelijen AS telah
meningkatkan kewaspadaan akan program senjata nuklir di Pakistan. Para
pejabat AS berpendapat kondisi ekonomi yang tengah terpuruk di Pakistan
dapat memungkinkan penyelundupan bahan nuklir kepada para teroris.
5. Upaya untuk mengosongkan kamp
penjara di Teluk Guantanamo. Salah satunya adalah permintaan kepada
diplomat Slovenia agar bersedia memungut seorang napi bila mereka ingin
bertemu dengan Presiden AS Barack Obama.
6. Presiden Yaman Ali Abdullah
Saleh mengatakan kepada Jenderal David Petraeus bahwa ia akan terus
menyalahkan AS atas basis-basis Al-Qaidah di negaranya. “Kami akan terus
mengatakan bahwa bom adalah milik kita, bukan milikmu,” kata Saleh
seperti dikutip dalam ringkasan terbaru pembicaraan. [via liputan6]
– update –
Wikileaks,
situs whistleblower yang banyak merilis isu sensitif tentang dunia
politik, diplomasi, hingga hak asasi manusia, telah merilis sekitar 250
ribu dokumen pemerintah Amerika Serikat yang bersifat rahasia dari
berbagai kedutaan besar Amerika Serikat di seluruh dunia. Sebanyak
251.287 komunikasi kabel antar kedutaan ini kebanyakan bersifat tidak
rahasia dan tidak ada yang bersifat sangat rahasia. Namun ada 11.000
dokumen yang diklasifikasikan rahasia, 9000 dokumen bersifat ‘noforn’
yaitu dokumen yang bersifat terlalu sensitif untuk dibagikan ke
pemerintah asing, dan 4000 dokumen bersifat rahasia dan noforn.
Publikasi hari ini merupakan
langkah terkini dari situs tersebut dalam menyiarkan dokumen rahasia
pemerintah yang dipublikasikan oleh berbagai media dan organisasi.
Sebelum ini Wikileaks telah merilis Afghan War Diary yang berisi 91.000
laporan tentang perang di Afghanistan dari tahun 2004 hingga 2010 serta
laporan tentang perang di Irak, salah satunya tentang salah serangan
pasukan AS yang menyebabkan korban meninggal dunia dari sipil.
Dokumen-dokumen yang dirilis
kali ini menggambarkan korespondensi harian antara Kementerian Luar
Negeri AS dengan sekitar 270 kedutaan besar di seluruh dunia dengan
informasi politik dan gosip-gosipnya. Ada penggambaran tentang Khadafi
yang jarang tidak terlihat bersama ‘perawat senior dari Ukraina’ yang
digambarkan sebagai ‘seorang perempuan pirang yang montok’.
Dokumen ini juga menunjukkan
adanya peran pemerintah China dalam upayanya melakukan hack ke Google di
awal tahun 2010 lalu yang mengakibatkan perusahaan tersebut menarik
diri dari China untuk sementara. Disebutkan bahwa menurut laporan
seorang kontak di China pada bulan Januari 2010, Politburo China
menyutradarai penyusupan ke sistem komputer Google di negara tersebut.
Serangan hacking ke Google tersebut merupakan bagian dari kampanye
terkoordinasi untuk menyabot komputer yang dilakukan oleh pemerintah,
ahli keamanan swasta, dan penjahat internet yang direkrut pemerintah
China. Mereka telah masuk ke komputer pemerintah Amerika dan para sekutu
Barat, Dalai Lama, serta pebisnis Amerika sejak tahun 2002.
Dokumen ini sepertinya akan
mempengaruhi hubungan diplomatik antara AS dengan berbagai negara. Ini
bisa dilihat dari adanya bukti bahwa personel Kementerian Luar Negeri
dianjurkan untuk mengumpulkan data (memata-matai) para pejabat luar
negeri dan PBB. Sebelum dirilis, Wikileaks telah menyebarkan dokumen ini
ke berbagai media di seluruh dunia seperti New York Times di AS,
Guardian di Inggris, dan Der Spiegel dari Jerman.
Sementara itu kementerian Luar
Negeri AS telah memberikan briefing ke berbagai negara beberapa hari
belakangan untuk mengantisipasi rilis dokumen ini. Gedung Putih juga
telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembukaan informasi rahasia
dan sensitif tersebut yang akan membahayakan keamanan nasional.
Bocoran dokumen-dokumen yang
dipublikasikan di Wikileaks ini dipercaya berasal dari seorang prajurit
Amerika Serikat bernama Bradley Manning. Bradley Manning dalam sebuah
chat dengan Adrian Lamo, seorang hacker komputer, mengatakan telah
mengunduh banyak dokumen rahasia dari sistem komputer militer termasuk
260 ribu komunikasi kabel Kementerian Luar Negeri dari berbagai kedutaan
dan konsulat di seluruh dunia.
Dokumen tersebut menurut Manning
telah dikirimkan ke WikiLeaks. Adrian Lamo kemudian melaporkan Prajurit
Manning ke otoritas federal yang kemudian menangkap Manning dan
menuduhnya telah membocorkan informasi rahasia secara ilegal dan saat
ini menghadapi proses pengadilan yang bisa membuatnya dipenjara dalam
waktu yang lama.
Sementara itu, beberapa jam
sebelum publikasi dokumen, Wikileaks melalui Twitter melaporkan bahwa
situsnya mengalami serangan DDoS (distributed denial of service) secara
masal. Saat ini situs tersebut susah diakses namun belum diketahui
apakah hal ini merupakan akibat dari serangan tersebut atau karena
faktor lain seperti banyaknya pengakses.
Belum diketahui apakah ada
dokumen rahasia mengenai Indonesia yang dirilis dalam publikasi kali
ini. Wikileaks sebelum ini telah merilis beberapa informasi terkait
pelanggaran HAM di Indonesia seperti di Timor Leste oleh militer yang
menyebabkan korban.