Posted by : Nacoola generation
Minggu, 15 April 2012
Umumnya setelah dibaca, koran hanya akan ditumpuk menjadi barang bekas. Melihat hal tersebut awak redaksi Metro (koran yang terbit di Inggris) melakukan inovasi dengan sejumlah ahli makanan.
Mungkin terinspirasi Willy Wonka, tokoh dalam film Chocolate Factory, yang membuat segala sesuatu di sekitar kita bisa dimakan, mereka menciptakan bentuk koran Metro yang bisa dimakan.
Kerja sama itu menghasilkan koran yang bisa dimakan. Jadi begitu habis dibaca, koran tak perlu dibuang, tetapi dimakan isinya. Heston Blumenthal, si ilmuwan kuliner, punya peran besar dalam mewujudkan ide unik ini. “Koran yang bisa dimakan ini sedikit banyak merupakan obsesi saya,” katanya.
Soal rasa bagaimana? Para relawan sudah mencabik-cabik koran itu dengan gigi mereka dan menelannya. Mereka pun menganggukkan kepala dan menilai koran itu lezat. Tentu saja produksi koran itu tidak hanya membutuhkan editing yang ketat, tetapi pengolahan adonan yang cermat pula. Adonan itu sendiri terdiri atas tepung maizena, minyak sayur, permen arab, air dan asam sitrat yang dimasak hingga menjadi pasta liat dan dibentuk menjadi lembaran.
Pasta itu kemudian ditaburkan ke lembaran tipis itu melalui kasa sutra yang diatur sedemikian rupa menjadi judul, foto dan artikel. Proses pencetakannya membutuhkan beberapa jam. Beberapa detik dibutuhkan untuk mencetak koran lezat ini. Untuk mengeringkannya butuh waktu sedikit lama. Untuk polesan terakhir, koran itu diberi aroma vanila uang baunya lembut.
Mungkin terinspirasi Willy Wonka, tokoh dalam film Chocolate Factory, yang membuat segala sesuatu di sekitar kita bisa dimakan, mereka menciptakan bentuk koran Metro yang bisa dimakan.
Kerja sama itu menghasilkan koran yang bisa dimakan. Jadi begitu habis dibaca, koran tak perlu dibuang, tetapi dimakan isinya. Heston Blumenthal, si ilmuwan kuliner, punya peran besar dalam mewujudkan ide unik ini. “Koran yang bisa dimakan ini sedikit banyak merupakan obsesi saya,” katanya.
Soal rasa bagaimana? Para relawan sudah mencabik-cabik koran itu dengan gigi mereka dan menelannya. Mereka pun menganggukkan kepala dan menilai koran itu lezat. Tentu saja produksi koran itu tidak hanya membutuhkan editing yang ketat, tetapi pengolahan adonan yang cermat pula. Adonan itu sendiri terdiri atas tepung maizena, minyak sayur, permen arab, air dan asam sitrat yang dimasak hingga menjadi pasta liat dan dibentuk menjadi lembaran.
Pasta itu kemudian ditaburkan ke lembaran tipis itu melalui kasa sutra yang diatur sedemikian rupa menjadi judul, foto dan artikel. Proses pencetakannya membutuhkan beberapa jam. Beberapa detik dibutuhkan untuk mencetak koran lezat ini. Untuk mengeringkannya butuh waktu sedikit lama. Untuk polesan terakhir, koran itu diberi aroma vanila uang baunya lembut.