Archive for November 2011
Sejarah Setrika Periode Sebelum Masehi
Setrika dipercaya mulai dikenal dan digunakan orang sejak 400 SM oleh bangsa
Yunani. Saat itu, setrika digunakan untuk membuat lipatan-lipatan vertikal pada pakaian-pakaian kebesaran yang akan digunakan untuk melakukan upacara atau ritual tertentu.
Bangsa Romawi juga tercatat pernah menggunakan setrika yang bentuknya sudah menyerupai setrika modern seperti sekarang. Setrika yang digunakan oleh bangsa Romawi saat itu dinamakan prelum. Jenis setrika ini menggunakan teknik pressing (tekanan), sehingga banyak orang yang menyebutnya mirip dengan alat pembuat anggur (winepress).
Berdasarkan catatan lainnya, setrika juga dikenal dan digunakan oleh bangsa China sekitar abad ke-1 SM.
Setrika ini berupa pot logam yang dapat diisi dengan bara api (arang membara).
Sejarah Setrika pada Periode Masehi
Seiring dengan berjalannya waktu, setrika juga terus mengalami perkembangan.
Berikut ini urutan perkembangan setrika periode tahun Masehi hingga sekarang.
* Awal abad ke-17 orang menggunakan setrika yang dikenal dengan sebutan sadiron.
Setrika jenis ini berbentuk potongan logam yang tebal dengan permukaan rata dan diberi pegangan.
Pada periode ini, setrika kemudian disempurnakan menjadi kotak logam bergagang yang dapat diberi bara api.
* Akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 ditemukan setrika cetak (cast iron).
* Tahun 1800 ditemukan setrika gas (gas iron).
* Tahun 1800-an ditemukan setrika listrik.
Konsep Setrika Sadiron
Siapakah Orang yang Berperan Menemukan Setrika?
Pada dasarnya, penemu “setrika kuno” tidak dapat ditentukan secara pasti karena belum ada bukti sejarah yang menerangkannya.
Akan tetapi, banyak orang yang mempercayai kalau setrika listrik ditemukan oleh Henry W. Seely pada 1882.
Setrika listrik yang ditemukan oleh Henry tersebut berupa setrika listrik datar yang masih mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya lama untuk panas, tetapi sangat cepat dingin.
Oleh karena itu, beberapa ilmuwan setelah Henry mencoba melakukan penyempurnaan-penyempurnaan terhadap teknologi setrika listrik.
Adapun ilmuwan-ilmuwan tersebut antara lain sebagai berikut.
* Crompton dan beberapa rekannya di perusahaan General Electrics menemukan setrika listrik bergagang pada 1892.
* Earl Richardson dan Joseph Meyers melakukan penyempurnaan terhadap setrika listrik, sehingga pada 1926 ditemukan setrika uap.
Saat ini, teknologi setrika listrik mengalami perkembangan yang pesat, sehingga saat ini di pasaran, setrika listrik terdapat dalam berbagai varian dan otomatisasi yang dapat memanjakan kita.
Hyeona Yang dan Joshua Nobel dari Institut Kopenhagen telah mendesain sebuah jas hujan yang dapat menangkap serta memurnikan air hujan menjadi air layak minum.
Cara kerja Jas hujan yang mereka namakan Raincatch ini adalah, menampung air hujan dalam tudung jas dan air ini kemudian melewati filter arang dan sistem pemurnian kimia yang terintegrasi.
Tampak belakang
Setelah dimurnikan, air minum tersebut kemudian disimpan di sekitar bahu dan saku-saku mantel tersebut. Kemudian, anda tinggal meminum air yang telah dimurnikan tersebut lewat sedotan yang ada pada jas hujan.
Selama berabad-abad, masyarakat yang hidup di Timur Tengah bermimpi
untuk mengubah padang pasir yang panas dan tandus menjadi lahan
pertanian, dengan air yang mengalir deras dari kran.
Kini, mimpi itu makin dekat pada kenyataan, setelah para ilmuwan yang dipekerjakan pimpinan Abu Dhabi mengklaim telah menghasilkan serangkaian hujan di lahan panas.
Ilmuwan mengklaim telah menurunkan hujan di Al Ain, di Timur Abu Dhabi, menggunakan teknologi yang didesain mengontrol cuaca. Saat cuaca cerah dan tak berawan, apalagi hujan, di wilayah Al Ain, dengan alat ini, justru bisa turun hujan. Bahkan, bisa turun hujan sampai 52 kali!
Kebanyakan hujan dihasilkan di puncak musim panas, Juli dan Agustus. Para ilmuwan bekerja secara rahasia atas perintah presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Mereka menggunakan ioniser raksasa, rangka baja yang bentuknya seperti penutup lampu untuk menghasilkan partikel negatif. Alat ini akan mendorong terbentuknya formasi awan yang diharapkan akan memicu turunnya hujan.
Dalam sebuah video rahasia, pendiri perusahaan Swiss yang bertanggung jawab dalam proyek ini, Metro Systems International, mengklaim telah sukses. “Kami telah berhasil menurunkan hujan,” kata Helmut Fluhrer, seperti dimuat Daily Mail.
Seperti diberitakan Sunday Times, ini adalah kali pertamanya, sebuah sistem mampu menciptakan hujan di langit yang cerah.
Di masa lalu, China dan beberapa negara lainnya menggunakan bahan kimia untuk menyemai awan, baik untuk merangsang turunnya hujan maupun menghentikan tumpahan air dari langit.
Juni lalu, Metro System membangun lima ioniser atau peng-ion dengan 20 pengemisi yang bisa menciptakan triliunan ion pembentuk awan ke atmosfer. Proyek ini dimonitor oleh Max Planck Institute for Meteorology, salah satu dari pusat fisika atmosfer utama dunia.
Beberapa ilmuwan ragu dengan hasil mencengangkan proyek Abu Dhabi, apalagi negara itu berada di pesisir yang kemungkinan kecil bisa mengalami curah hujan di musim panas (yang dipicu naiknya uap dari laut yang panas) sebelum akhirnya menjadi hujan.
Namun, penelitian mengungkapkan, turunnya hujan di wilayah itu bisa terjadi setelah mesin peng-ion dinyalakan.
Professor Peter Wilderer dari University of Munich mengaku menjadi saksi keajaiban proyek ini. “Kita makin mendekat ke sebuah titik, di mana kita bisa meningkatkan ketersediaan air bersih menghadapi perubahan global yang dramatis,” kata dia.
Kini, mimpi itu makin dekat pada kenyataan, setelah para ilmuwan yang dipekerjakan pimpinan Abu Dhabi mengklaim telah menghasilkan serangkaian hujan di lahan panas.
Ilmuwan mengklaim telah menurunkan hujan di Al Ain, di Timur Abu Dhabi, menggunakan teknologi yang didesain mengontrol cuaca. Saat cuaca cerah dan tak berawan, apalagi hujan, di wilayah Al Ain, dengan alat ini, justru bisa turun hujan. Bahkan, bisa turun hujan sampai 52 kali!
Kebanyakan hujan dihasilkan di puncak musim panas, Juli dan Agustus. Para ilmuwan bekerja secara rahasia atas perintah presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Mereka menggunakan ioniser raksasa, rangka baja yang bentuknya seperti penutup lampu untuk menghasilkan partikel negatif. Alat ini akan mendorong terbentuknya formasi awan yang diharapkan akan memicu turunnya hujan.
Dalam sebuah video rahasia, pendiri perusahaan Swiss yang bertanggung jawab dalam proyek ini, Metro Systems International, mengklaim telah sukses. “Kami telah berhasil menurunkan hujan,” kata Helmut Fluhrer, seperti dimuat Daily Mail.
Seperti diberitakan Sunday Times, ini adalah kali pertamanya, sebuah sistem mampu menciptakan hujan di langit yang cerah.
Di masa lalu, China dan beberapa negara lainnya menggunakan bahan kimia untuk menyemai awan, baik untuk merangsang turunnya hujan maupun menghentikan tumpahan air dari langit.
Juni lalu, Metro System membangun lima ioniser atau peng-ion dengan 20 pengemisi yang bisa menciptakan triliunan ion pembentuk awan ke atmosfer. Proyek ini dimonitor oleh Max Planck Institute for Meteorology, salah satu dari pusat fisika atmosfer utama dunia.
Beberapa ilmuwan ragu dengan hasil mencengangkan proyek Abu Dhabi, apalagi negara itu berada di pesisir yang kemungkinan kecil bisa mengalami curah hujan di musim panas (yang dipicu naiknya uap dari laut yang panas) sebelum akhirnya menjadi hujan.
Namun, penelitian mengungkapkan, turunnya hujan di wilayah itu bisa terjadi setelah mesin peng-ion dinyalakan.
Professor Peter Wilderer dari University of Munich mengaku menjadi saksi keajaiban proyek ini. “Kita makin mendekat ke sebuah titik, di mana kita bisa meningkatkan ketersediaan air bersih menghadapi perubahan global yang dramatis,” kata dia.
Pramuka di Amerika Serikat (AS) akan merilis lencana untuk keahlian membuat robot. Lencana itu bertujuan mempromosikan bidang sains, teknologi, engineering dan matematika (STEM).
Dilansir Fox
News dan dikutip detikINET, Senin (11/4/2011), saat ini, ada lebih dari
120 lencana ditawarkan Pramuka AS, mulai dari keahlian memanah hingga
bertahan hidup di pegunungan.
Pramuka AS tampaknya terus berupaya
mengikuti perkembangan zaman. ya, keahlian seorang Pramuka modern kini
tak hanya di bidang tali temali, baris berbaris atau mendirikan tenda
tetapi merambah ke bidang yang dinamakan STEM tersebut.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Pramuka AS juga menyediakan lencana untuk keahlian bermain game.
“Abad lalu, berkemah menjadi
keterampilan bertahan hidup yang sangat penting di organisasi
kepramukaan. Namun zaman terus berkembang. Kami melihat STEM kini
menjadi bagian keterampilan yang penting di abad ini,” kata juru bicara
Pramuka AS Matt Myers.
“Kami harus berusaha agar bisa tetap
relevan dengan apa yang dibutuhkan anak-anak Pramuka zaman sekarang
untuk dipelajari,” tambahnya.
Anggota Pramuka yang berhak mendapatkan
lencana keahlian robotik harus menyelesaikan tugas merancang dan
membangun sebuah robot serta mempelajari pemrograman, teknologi gerak
dan sensor pada robot.
Humas Kwarnas