Posted by : Nacoola generation
Kamis, 25 Oktober 2012
Pagi begitu indah Hari
ini Ahad tanggal 26 Oktober 2012 atau 2 hari sebelum Hari Sumpah Pemuda bersamaan
dengan semburat mentari yang selalu menyapa, ku terbangun dari
mimpi indahku. Ku lihat jam ternyata sudah pukul 5 kurang. Aku langsung bangun dan
ku sapa Indonesia “SELAMAT PAGI INDONESIA” seperti yang diajarkan oleh Bu
Wulan, guru sejarah aku sewaktu kelas X. Aku bersiap tuk laksanakan sholat Ied
berjamaah di SMA Negeri 1 Purbalingga. Setelah dirasa sudah harum karena mandi,
aku pun langsung tancap gas dengan belalang tempur menuju SMA Tjap Gadjah. Waktu
menunjukkan pukul 05.30 WIB namun langit serasa sudah pukul 8 pagi waktu
setempat.
Ku parkir motorku di
sebelah aula dan ku masuki aula lewat sebelah timur. Baru duduk sekitar 10
menit ternyata sholat sudah mau dimulai, untung tidak terlambat. Aku berpapasan
dengan Muhammad Arbi, ku kira dia tidur di sekolah tapi kok datangnya telat
juga ya. Ngga apa deh. Sholat pun berlangsung. Jujur aku merasa aneh saat
sholat karena aku mendengar suara radio yg berfrekuensi 96.3 FM (sengaja tidak
disebutkan radio apa) di sound system untuk khotbah, padahal tidak ada satu
orang pun yang mengoprasikan radio dan sound sistemnya pun tidak dapat untuk
mengoprasikan radio juga, ajaib. Setelah sholat yang diimami oleh Pak Mungkadi
berakhir, Pak Jatno pun naik mimbar guna melaksankan khotbah. Sekitar 30 menit
khotbah baru selesai.
Pukul 06.45 WIB aku dan
teman-teman dari PAI bergegas menuju parkiran untuk melaksanakan penyembelihan
hewan kuban. Ada 1 sapi dan 4 kambing yang siap dipotong. Setelah melakukan
persiapan segala macam. Penyembelihan hewan kurban pun dimulai. Kontestan pertama
adalah kambing dan terakhir adalah sapi. Untuk kambing aku rasa tidak
memerlukan banyak waktu, namun lain halnya dengan sapi yang harus dengan ekstra
tenaga guna merobohkan si putih ini. Bersama sekitar 15 orang lainnya, kami
akhirnya berhasil merobhkan si sapi dengan dipimpin Pak Suheri. Inilah momen
yang ditunggu yaitu ‘nyembeleh’. Aku kebagian jatah untuk menjaga badan atau
perut sapi agar tidak ‘mbegar’ dengan cara duduk di atasnya (pastinya sapi
sudah roboh) bersama 3 rekan ku yang lain. Ketika gobed Pak Suheri yang tajam
menghunus leher si sapi, aku merasakan perut sapi tersebut naik turun, jadi
serasa naik odong-odong. Setelah semua tragedi berdarah ini selesai, aku pun
membereskan pakaian dan pulang. Aku cepat pulang karena aku lapar belum sarapan.
Inilah salah satu momen paling jarang ditemui, ‘nyembeleh’ hewan kurban bareng temen2. Semoga sedikit kisah ini dapat
menghibur pembaca dan dapat bermanfaat. Sekian. Terima kasih.
Terbaru dan mudah untuk digunakan bagi kamu pecinta serial drama korea, sudah tau kalau sekarang menonton film drama korea sangat mudah, cukup download aplikasi MYDRAKOR di GooglePlay gratis MYDRAKOR menghadirkan nuasa menonton film drama korea sangat mudah, MYDRAKOR banyak pilihan film drama korea terbaru.
BalasHapushttps://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main
https://www.inflixer.com/