Posted by : Nacoola generation
Senin, 01 Oktober 2012
Infotainment difatwakan haram oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) karena siaran yang ditanyangkan lebih pada gosip yang banyak
mengandung giba bahkan fitnah. Padahal ada juga gossip yang diperbolehkan.
Lalu, kapan gossip diperbolehkan?
Menurut
Ustadz Qamaruddin, penulis buku Keajaiban Istigfar, gosip diperbolehkan jika mengandung tujuan dan alasan
yang benar sesuai syariat. Selain itu, kata dia, gosip dibolehkan bila
bertujuan untuk tabayun --mengklarifikasi permasalahan.
Ia
bercerita tentang kisah Umar bin al-Khattab ketika berbincang mengenai kabar
bahwa penguasa Ghassan sedang mempersiapkan pasukannya untuk menyerbu kaum
Muslim. Tiba-tiba rumahnya diketuk keras-keras oleh seseorang yang tak dikenal.
Dengan penuh tanda tanya, Umar bergegas membukakan pintu. Dia mendapati
tetangganya sendiri, seorang Anshar dari keluarga Umayah bin Zaid yang baru
pulang dari mengikuti pengajian Nabi SAW.Tetangganya tersebut memberikan kabar
bahwa Nabi SAW menceraikan semua istri-istrinya.
Keesokan
harinya Umar menghadap Nabi dan bertanya tentang kabar yang ia dengar dari
tetanggganya bahwa Nabi telah menceraikan istri-istrinya. Sambil menegakkan
kepalanya dan menatap Umar, Nabi mengatakan tidak. Akhirnya Umar mengetahui
bahwa Nabi hanya bersumpah untuk tidak
mengumpuli
istri-istrinya selama sebulan. Menurut Qamar, hal itu adalah contoh gosip
tabayun yang diperbolehkan.
Ustadz
penulis buku 'Keajaiban Salawat' itu juga memberikan terapi dan tips agar
seseorang terhindar dari gosip yang berdampak pada ghibah dan fitnah.
http://static.republika.co.id/images/ilustrasi_100730100529.jpg
Pertama,
ia menyarakan untuk membiasakan berpikir sebelum berbicara. Rasulullah SAW,
biasanya memberi jeda sesaat untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan orang.
Renungkan pula bahwa gosip negatif tak sedikitpun mengundang manfaat, malah
dapat menghancurkan jalinan persaudaraan, menumbuhsuburkan kebencian, dan
menghilangkan rasa kasih sayang.
Kedua,
berbicara sambil berzikir. Yakni, selalu ingat kepada Allah. Ini agak berat,
perlu pembiasaan dan latihan. Tapi, setidaknya, ingatlah bahwa Allah dan
Rasul-Nya sangat benci terhadap orang yang gemar bergunjing (QS 49:12). Suatu
hari Jabir bersama Rasulullah. Tiba-tiba tercium bau bangkai yang busuk. Rasul
SAW bersabada, “Tahukah kamu bau apa ini? Inilah bau orang-orang yang
menggunjingkan orang lain.” (Tafsir bi al-Ma’tsur: 109).
Ketiga,
tingkatkan rasa percaya diri. Orang yang tidak percaya diri suka mengekor
perbuatan orang lain, sehingga ia mudah terseret perbuatan yang mengarahkan
untuk bergunjing. Bahkan, ia pun berpotensi menyebarkan gunjingan, karena tak
memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri sehingga lebih senang
memperhatikan, membicarakan, dan menilai orang lain
Keempat,
buang penyakit hati. Kebanyakan gunjingan tumbuh karena didasari rasa iri dan
benci, juga ketidakikhlasan menerima kenyataan bahwa orang lain lebih berhasil
atau lebih beruntung. Kalau dirinya kurang beruntung, dia pun senang menyadari
bahwa masih banyak orang lain yang lebih sengsara daripada dirinya.
Kelima,
posisikan diri. Ingatlah hadis Nabi, “Barang siapa membongkar-bongkar aib
saudaranya, Allah akan membongkar aibnya. Barang siapa dibongkar aibnya oleh
Allah, Allah akan mempermalukannya, bahkan di tengah keluarganya.”
Keenam,
melek media. Sadarilah, acara-acara bernuansa gosip di televisi atau media
lainnya hanyalah tawaran kesenangan dari para 'penjual kesenangan'. Saking
sibuknya mencari kesenangan, mereka terlena untuk meraih udara kosong. (
republika.co.id )
http://coratcoretnaknik.blogspot.com/2010/07/kiat-sukses-menghindari-gosip.html#.UFRVCMivqM8