Posted by : Nacoola generation
Senin, 01 Oktober 2012
Ada kekhawatiran jika penilaian perguruan tinggi negeri (PTN) hanya mengandalkan nilai raport semata, dapat menimbulkan kecurangan dalam penilaian di raport. Bisa saja, sekolah menjadi jor-joran memberi nilai raport siswa. Sebab, banyaknya siswa yang diterima di PTN merupakan salah satu kebanggaan buat sekolah. "Untuk skeolah yang memang mengutamakan mutu, nilai raport siswa tidak jor-joran, tapi benar-benar sesuai prestasi siswa. Hal ini mesti dicermati tiap PTN dalam menyeleksi supaya yang diterima memang benar-benar siswa yang memenuhi syarat untuk bisa melanjut ke PTN", kata Firman Syah Noor, Wakil Kepala SMAN 3 Bandung, Selasa (11/9/2012). Menurut Firman, dalam penyeleksian calon mahasiswa, PTN diminta juga untuk memperhatikan prestasi sekolah dan alumni yang masuk lewat jalur undangan.
Retno Listyarti, guru SMAN 13 Jakarta, mengatakan diperbanyaknya penerimaan calon mahasiswa PTN lewat jalur undangan dinilai bagus. "Masalahanya, jika nilai UN juga dijadikan dasar penilaian, niat baik pemerintah tersebut bisa memicu kecurangan UN yang lebih masif dan sistemik. Kenyataan ini yang mesti dikritisi oleh PTN," kata Retno. Retno menambahkan agar dalam penerimaan mahasiswa baru di PTN tetap mengakomodasi sistem tes tertulis. Meskipun dinilai ada kelemahan, namun sistem tes tetap menjadi metode penerimaan yang lebih transparan dan tetap terbukti bisa menyeleksi siswa yang berpotensi.
Armedi, Kepala SMKN 54 Jakarta, mengatakan meskipun di SMK lebih banyak siswa yang memilih bekerja daripada kuliah, peluang mengikuti seleksi lewat SNMPTN undangan secara gratis dapat membantu siswa. "Potensi siswa SMA dan SMK kan sebenarnya sama saja. Banyak siswa SMK yang secara akademik bagus, tapi karena kondisi ekonomi orang tua yang terbatas tidak mampu untuk kuliah sehingga memilih SMK yang bisa langsung kerja kalau lulus. Jika pendaftaran gratis, tentu kebijakan tersebut membantu siswa SMK yang umumnya miskin untuk bisa mencoba berkompetisi menembus PTN," kata Armedi.